HIMPO Indonesia Siap Dukung Program Kementrian Pertanian Untuk Mencetak Petani Muda Melalui Enam Upaya Strategis
Urgensi keberadaan petani muda dalam melanjutkan sektor pertanian harus menjadi isu utama dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan
Emanuel Prasetyo (Sekretaris Jendral HIMPO Indonesia)
4/7/20253 min read
Peningkatan Jumlah Penduduk yang tidak diiringi Peningkatan Jumlah Petani di Indonesia
Indonesia memiliki penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya. Menurut sensus pertengahan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2024 sebesar 281,6 juta jiwa, atau naik sebesar 11,4 juta jiwa dari tahun 2020. Peningkatan jumlah penduduk tersebut akan mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan bagi masyarakat (Odeyemi et al, 2021). Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan peningkatan kesejahteraan bagi pelaku produksi pertanian hulu sampai hilir.
Namun, bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia tidak diiringi dengan peningkatan jumlah tenaga kerja pertanian itu sendiri. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa jumlah petani milenial (umur 19-39) di Indonesia pada tahun 2023 hanya sebesar 6.1 juta jiwa, atau hanya 21,93 % dari jumlah keseluruhan total jumlah petani yang ada. Menurut BPS tahun 2023 juga menjelaskan bahwa Jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) sebanyak 29.342.202 unit atau turun 7,45 persen dari tahun 2013 yang sebanyak 31.705.295 unit. Bahkan menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dengan perhitungan liniernya pada tahun 2063 tidak ada lagi profesi petani di Indonesia. Pemuda yang diharapkan menjadi generasi penerus petani lebih memilih bidang lain yang dirasa menjanjikan dan penuh kepastian (Wardani dan Anwarudin, 2018). Menurut LIPI (2019), para pemuda mengalami perubahan persepsi seiring arus modernisasi dimana pekerjaan menjadi petani bukan menjadi pilihan.
Gambar 1. Penurunan Jumlah Petani dari Tahun 2013 Sampai Dengan 2023 (BPS, 2023)
Penurunan jumlah petani di Indonesia harus segera diselesaikan mengingat generasi muda nantinya yang akan melanjutkan kegiatan pertanian di masa depan. Salah satu penyebab generasi muda kurang tertarik terjun dibidang pertanian adalah karena sektor pertanian sendiri tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya income gap yang cukup besar dengan sektor industri maupun jasa. Berdasarkan data BPS tahun 2021 dimana rata-rata pendapatan di sektor pertanian paling rendah, hanya sebesar Rp. 1.044.800., per bulan, lebih tinggi sektor jasa dengan Rp. 1.123,900 dan sektor industri Rp. 1.717,400 perbulannya. Selain itu, persoalan regenerasi pelaku pertanian di Indonesia masih berjalan lambat dan relatif rendah, sehingga perlu segera ditemukan solusinya mengingat Indonesia dikenal sebagai negara agraris (Hamyana, 2017).
HIMPO Indonesia siap dukung Pemerintah dalam mencetak generasi muda pertanian dengan enam (6) upaya strategis
Himpunan Mitra Produksi Organik Indoneisa (HIMPO) sebagai organisasi yang memiliki komitmen untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan tentunya juga terus mendorong program peningkatan jumlah petani muda baru di Indonesia setiap tahunnya. Petani muda sangat dibutuhkan karena mengingat ciri khas generasi muda yang mudah beradaptasi pada teknologi digital, kreatif dan mampu menciptakan inovasi yang baru harapannya dapat dilakukan untuk kemajuan sektor pertanian. HIMPO juga sangat mendukung pemerintah melalui 6 (enam) program utama untuk mencetak petani muda diantaranya 1). Program Petani Milenial yang akan memberikan pelatihan dan gaji sebesar Rp 10 juta per bulan bagi anak muda yang menjadi petani, 2). Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP), 3). Duta Petani Milenial (DPM), 4). Akses digitalisasi dan mekanisasi pertanian, 5). Penguatan kelembagaan petani, dan 6). Promosi serta kampanye kepada masyarakat agar dunia pertanian semakin dikenali di masyarakat umum.
Implementasi keenam program petani muda tersebut HIMPO siap berperan untuk memastikan bahwa lahan – lahan pertanian yang ada di Indonesia dapat dikelola secara optimal dan berkelanjutan melalui penggunaan pupuk organik yang berkualitas. Pengunaan pupuk organik secara berkelanjutan akan memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga lahan yang digunakan akan mampu memberikan produksi budidaya tanaman yang optimal. Tentu dalam keberjalananya, pemerintah dan HIMPO bersama berperan strategis untuk mencetak petani muda yang peduli terhadap kesuburan tanah serta menjaga ekosistem lingkungan yang lebih berkelanjutan. Secara spesifik HIMPO akan mendukung keenam program pembentukan petani muda antara lain dengan;
Gambar 2. Dukungan HIMPO Dalam Mendorong Petani Muda Dalam Penggunaan Pupuk Organik (Dokumentasi Pribadi, 2024)
Keterlibatan HIMPO pada keenam strategi tersebut diharapkan dapat menciptakan ekosistem pertanian yang lebih menarik, sehat dan berkelanjutan bagi generasi muda. Melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat, akses terhadap teknologi dan sumber daya finansial, serta dukungan kelembagaan yang kuat, sektor pertanian dapat kembali menjadi pilihan karir yang menarik bagi anak muda Indonesia. Hasilnya diharapkan regenerasi petani dapat berjalan dengan lebih efektif, dan mengurangi risiko krisis pangan di masa depan, serta memastikan bahwa lahan-lahan pertanian yang ada dapat dikelola secara optimal dan berkelanjutan. Dengan demikian, pertanian Indonesia dapat terus berkembang serta menjadi tulang punggung perekonomian nasional yang kokoh dan tentunya akan mampu mewujudkan swasembada pangan di republik ini.




Dok. HIMPO Indonesia